Kejadian di ambon tidak lepas dari gangguan dan penyerangan awal yang
dilakukan oleh kelompok kristen ekstrim. Pada jam 12.00 WIT saat umat Islam
Ambon akan melaksanakan sholat jumat, sekelompok umat kristen Air Mata Cina
mengganggu dan melempar beberapa warga muslim yang akan menuju ke Ponegoro,
tempat tinggal mereka. Warga muslim Ponegoro ini kemudian berlari menuju ke
arah Soabali. Akibatnya warga muslim yang berada di Soabali marah terhadap
perlakuan warga kristen ini. Dalam beberapa saat saja, sudah terkumpul
puluhan massa muslim di Soabali. Saat itu, beberapa warga muslim yang
dipimpin oleh Hi. Amir Tuasamu sedang bernegosiasi dengan komandan batalyon
marinir Letkol Ivan. Belum selesai negosiasi, aparat dari korps marinir yang
melihat massa muslim kemudian melakukan tembakan ke atas. Akibatnya warga
muslim lari dari kerumunan massa.
Imbas dari gangguan massa kristen di Soabali ini, selepas sholat jumat, pada
pukul 14.450 WIT, pasukan jihad di lepas dari masjid Jamie Ambon. Jumlah
pasukan jihad ini lebih dari 150 orang. Sebagian besar perpakaian putih,
berikat kepala putih dikombinasi warna hijau. Usia mereka rata-rata masih
sangat mudah. Bahkan ada beberapa diantaranya adalah anak-anak berusia 10
tahunan. Pasukan ini dibagi dalam beberapa kelompok. Rencananya, massa
muslim ini akan dikerahkan ke perbatasan antara muslim dan Kristen untuk
mempertahankan diri dan menjaga kemungkinan penyerangan dari pihak Kristen.
Massa muslim ini kemudian berkumpul di perempatan jalan (Ujung Jl AY Patty,
depan
Polsek Sirimau, samping kantor Kejaksaan Negeri Ambon).
Aparat keamanan dari korps marinir, memblokir jalan depan kantor Kejaksaan
negeri Ambon. Jumlah aparat ini lebih dari tiga puluh orang. Suhfi Majid,
sekretaris Pos Keadilan Peduli Ummat Ambon yang berada di tempat kejadian
menjelaskan bahwa saat massa muslim berkumpul, salah seorang pimpinan massa
muslim ini kemudian memimpin massa muslim ini dengan berzikir, bersholawat
dan bertakbir. Puluhan orang yang berada di tengah massa tersebut kemudian
duduk dan mengumandangkan zikir dan takbir. Pada jam 15.30 WIT, lanjut Rusli
Lausepa -salah seorang saksi mata-, salah seorang komandan dari korps
marinir ini kemudian meminta kepada massa muslim ini untuk mundur dan
menjaga keamanan. Saat negosiasi dan sebagian warga muslim mundur, tiba-tiba
ada tembakan dari korps marinir. Massa muslim tersebut tidak melakukan
penyerangan. Saat tembakan pertama, massa muslim ini mundur dan lari. Saat
itulah gas air mata langsung dibuang oleh aparat diiringi dengan tembakan
yang langsung ditujukan ke arah warga muslim. Tembakan aparat itu diarahkan
tepat ke warga muslim yang sementara lari. Puluhan korban berjatuhan, dan
yang teridentifikasi 8 orang meninggal. 52 orang luka berat, jelas Rasyid
Kaisyupi, koresponden Sabili yang berada di lokasi kejadian dan turut
mengangkat korban penembakan. Semua korban dilarikan ke RS Al Fatah dalam
kondisi kritis. Dua orang yang meninggal, tertembak di kepala, otaknya
terburai, kepalanya pecah. Ada juga yang peluru menembus pahanya. Sementara
salah satu korban lainnya tertembak di bagian perut, ususnya terburai
keluar. Diantara korban yang meninggal ini ada anak remaja yang berumur 15
tahun. Puluhan korban ini kondisinya dalam kondisi kritis.
PEMBANTAIAN DI DEPAN AL FATAH.
Banyaknya korban yang berjatuhan di Depan Kantor Polsek Sirimau, menyebabkan
warga muslim yang berada di Masjid Al Fatah marah dan berkumpul di
perempatan jalan depan toko simpang. Aparat marinir kembali melakukan
timbakan brutal dengan menembak massa ini. Menurut Bapak Ridwan yang berada
dalam kerumunan massa, aparat marinir ini mengambil posisi menembak dengan
sasaran yang jelas ke arah massa ummat Islam yang sementara berkumpul. Saat
itu, salah seorang warga muslim hanya melakukan orasi menanggapi pembantaian
yang dilakukan oleh marinir di Pos Kota.
Massa muslim ini kemudian dihujani peluru. Empat orang anak muda menjadi
korban penembakan. Bahkan seorang bapak tertembak di teras Masjid Jamie (400
meter dari toko simpang). Sasaran peluru marinir ini bukan hanya ditujukan
ke massa muslim, tapi sasarannya juga ke Masjid Al Fatah. Pintu depan dan
tembok Masjid Raya Al Fatah Ambon berlubang kena tembakan aparat.
Pembantaian yang dilakukan oleh marinir ini adalah yang kedua kalinya
setelah pembantaian pada tanggal 25 Agustus lalu. Lagi-lagi korbannya adalah
umat Islam Ambon. Tragedi Pos Kota ini adalah yang paling memilukan. Sebuah
pembantain yang tidak mengenal kemanusiaan. Penembakan yang dilakukan oleh
marinir, saat massa Islam ini mundur dan dalam posisi yang tidak menyerang
sama sekali. Sebuah tindakan yang sangat arif apabila korp marinir yang
keberpihakannya jelas ini ditarik dari kota Ambon. Penempatan korps marinir
mereka di Ambon hanya menambah permasalahan bukan menyelesaikan masalah.
Bahkan timbul opini di kalangan masyarakat muslim dalam mempertanyakan
kenetralan Panglima Daerah Militer (Pangdam) Pattimura - Brigjen Max Tamaela
Tidak ada komentar:
Posting Komentar