Pages

Rabu, 06 April 2011

judul artikel ambon

Kejadian di ambon tidak lepas dari gangguan dan penyerangan awal yang

dilakukan oleh kelompok kristen ekstrim. Pada jam 12.00 WIT saat umat Islam

Ambon akan melaksanakan sholat jumat, sekelompok umat kristen Air Mata Cina

mengganggu dan melempar beberapa warga muslim yang akan menuju ke Ponegoro,

tempat tinggal mereka. Warga muslim Ponegoro ini kemudian berlari menuju ke

arah Soabali. Akibatnya warga muslim yang berada di Soabali marah terhadap

perlakuan warga kristen ini. Dalam beberapa saat saja, sudah terkumpul

puluhan massa muslim di Soabali. Saat itu, beberapa warga muslim yang

dipimpin oleh Hi. Amir Tuasamu sedang bernegosiasi dengan komandan batalyon

marinir Letkol Ivan. Belum selesai negosiasi, aparat dari korps marinir yang

melihat massa muslim kemudian melakukan tembakan ke atas. Akibatnya warga

muslim lari dari kerumunan massa.

Imbas dari gangguan massa kristen di Soabali ini, selepas sholat jumat, pada

pukul 14.450 WIT, pasukan jihad di lepas dari masjid Jamie Ambon. Jumlah

pasukan jihad ini lebih dari 150 orang. Sebagian besar perpakaian putih,

berikat kepala putih dikombinasi warna hijau. Usia mereka rata-rata masih

sangat mudah. Bahkan ada beberapa diantaranya adalah anak-anak berusia 10

tahunan. Pasukan ini dibagi dalam beberapa kelompok. Rencananya, massa

muslim ini akan dikerahkan ke perbatasan antara muslim dan Kristen untuk

mempertahankan diri dan menjaga kemungkinan penyerangan dari pihak Kristen.

Massa muslim ini kemudian berkumpul di perempatan jalan (Ujung Jl AY Patty,

depan

Polsek Sirimau, samping kantor Kejaksaan Negeri Ambon).

Aparat keamanan dari korps marinir, memblokir jalan depan kantor Kejaksaan

negeri Ambon. Jumlah aparat ini lebih dari tiga puluh orang. Suhfi Majid,

sekretaris Pos Keadilan Peduli Ummat Ambon yang berada di tempat kejadian

menjelaskan bahwa saat massa muslim berkumpul, salah seorang pimpinan massa

muslim ini kemudian memimpin massa muslim ini dengan berzikir, bersholawat

dan bertakbir. Puluhan orang yang berada di tengah massa tersebut kemudian

duduk dan mengumandangkan zikir dan takbir. Pada jam 15.30 WIT, lanjut Rusli

Lausepa -salah seorang saksi mata-, salah seorang komandan dari korps

marinir ini kemudian meminta kepada massa muslim ini untuk mundur dan

menjaga keamanan. Saat negosiasi dan sebagian warga muslim mundur, tiba-tiba

ada tembakan dari korps marinir. Massa muslim tersebut tidak melakukan

penyerangan. Saat tembakan pertama, massa muslim ini mundur dan lari. Saat

itulah gas air mata langsung dibuang oleh aparat diiringi dengan tembakan

yang langsung ditujukan ke arah warga muslim. Tembakan aparat itu diarahkan

tepat ke warga muslim yang sementara lari. Puluhan korban berjatuhan, dan

yang teridentifikasi 8 orang meninggal. 52 orang luka berat, jelas Rasyid

Kaisyupi, koresponden Sabili yang berada di lokasi kejadian dan turut

mengangkat korban penembakan. Semua korban dilarikan ke RS Al Fatah dalam

kondisi kritis. Dua orang yang meninggal, tertembak di kepala, otaknya

terburai, kepalanya pecah. Ada juga yang peluru menembus pahanya. Sementara

salah satu korban lainnya tertembak di bagian perut, ususnya terburai

keluar. Diantara korban yang meninggal ini ada anak remaja yang berumur 15

tahun. Puluhan korban ini kondisinya dalam kondisi kritis.

PEMBANTAIAN DI DEPAN AL FATAH.

Banyaknya korban yang berjatuhan di Depan Kantor Polsek Sirimau, menyebabkan

warga muslim yang berada di Masjid Al Fatah marah dan berkumpul di

perempatan jalan depan toko simpang. Aparat marinir kembali melakukan

timbakan brutal dengan menembak massa ini. Menurut Bapak Ridwan yang berada

dalam kerumunan massa, aparat marinir ini mengambil posisi menembak dengan

sasaran yang jelas ke arah massa ummat Islam yang sementara berkumpul. Saat

itu, salah seorang warga muslim hanya melakukan orasi menanggapi pembantaian

yang dilakukan oleh marinir di Pos Kota.

Massa muslim ini kemudian dihujani peluru. Empat orang anak muda menjadi

korban penembakan. Bahkan seorang bapak tertembak di teras Masjid Jamie (400

meter dari toko simpang). Sasaran peluru marinir ini bukan hanya ditujukan

ke massa muslim, tapi sasarannya juga ke Masjid Al Fatah. Pintu depan dan

tembok Masjid Raya Al Fatah Ambon berlubang kena tembakan aparat.

Pembantaian yang dilakukan oleh marinir ini adalah yang kedua kalinya

setelah pembantaian pada tanggal 25 Agustus lalu. Lagi-lagi korbannya adalah

umat Islam Ambon. Tragedi Pos Kota ini adalah yang paling memilukan. Sebuah

pembantain yang tidak mengenal kemanusiaan. Penembakan yang dilakukan oleh

marinir, saat massa Islam ini mundur dan dalam posisi yang tidak menyerang

sama sekali. Sebuah tindakan yang sangat arif apabila korp marinir yang

keberpihakannya jelas ini ditarik dari kota Ambon. Penempatan korps marinir

mereka di Ambon hanya menambah permasalahan bukan menyelesaikan masalah.

Bahkan timbul opini di kalangan masyarakat muslim dalam mempertanyakan

kenetralan Panglima Daerah Militer (Pangdam) Pattimura - Brigjen Max Tamaela

Tidak ada komentar: